Beberapavariasi dari Sistem Pemerintahan Presidensial RI ; 1) Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR. Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara tidak langsung. 2) Presiden dalam mengangkat pejabat negara perlu pertimbangan dan/atau persetujuan DPR.

Indonesia merupakan negara dengan sistem pemerintahan presidensial yang dipimpin oleh seorang Presiden. Sistem ini turut mempengaruhi beberapa aspek pemerintahan di Indonesia. Presiden di Indonesia dipilih sekaligus bersama Wakil Presiden melalui pemilihan umum yang berlangsung 5 tahun sekali. Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia tersebut akan menjabat selama satu periode atau 5 tahun dan dapat dipilih kembali sebanyak satu kali. Berkaitan dengan masa kepemimpinan seorang presiden, tentu menarik jika membahas tentang mekanisme pemberhentian Presiden di Indonesia. Oleh karena itu, berikut penjelasan terkait mekanisme pemberhentian presiden di Indonesia. Sekilas tentang Sistem Pemerintahan Indonesia Indonesia dipimpin oleh seorang presiden karena menggunakan sistem pemerintahan presidensial. Sistem presidensial menunjukkan pemegang kendali dan penanggung jawab jalannya pemerintahan negara adalah presiden. Menteri akan berperan dalam membantu melaksanakan tugas Presiden di berbagai bidang yang menjadi tanggungjawabnya. Sistem pemerintahan Indonesia tersebut termaktub pada Pasal 4 Ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 UUD NRI 1945, yang berbunyi “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.” Presiden Indonesia hadir sebagai kepala negara maupun kepala pemerintahan. Sebelumnya, telah diketahui bahwa masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia adalah 5 tahun. Berkaitan dengan pelengseran atau pemberhentian atau impeachment presiden, mekanisme pemberhentian tersebut tercantum pada Pasal 7A dan 7B UUD NRI 1945. Pasal 7A UUD NRI 1945 tersebut berbunyi “Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden”. Selanjutnya dapat diketahui bahwa impeachment atau pemberhentian Presiden di Indonesia melibatkan Dewan Perwakilan Rakyat DPR, Mahkamah Konstitusi MK, dan Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR. Mekanisme Pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden Berdasarkan Pasal 7A UUD 1945 Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR jika terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. Ketentuan tersebut diperjelas pada Pasal 7B ayat 1 UUD NRI 1945. Aturan ini, menyatakan bahwa pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh DPR kepada MPR. Usul pemberhentian tersebut, dilakukan dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada MK, untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum. Pelanggaran hukum yang dimaksud, berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau pendapat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. Pendapat yang dimaksud, merupakan pelaksanaan fungsi Pengawasan DPR sesuai undang-undang. Berikutnya, pengajuan DPR kepada MK tersebut hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR yang hadir dalam sidang paripurna yang juga dihadiri oleh sekurang-urangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR. MK pun kemudian memutus perkara tersebut maksimal 90 sembilan puluh hari setelah permintaan DPR diterima oleh MK. Selanjutnya, jika MK memutuskan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden terbukti melakukan pelanggaran di atas, maka DPR akan menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden kepada MPR. Kemudian, MPR wajib menyelenggarakan sidang untuk memutus usul DPR tersebut maksimal 30 hari sejak MPR menerima usul tersebut. Keputusan MPR itu harus diambil dalam rapat paripurna MPR yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir. Presiden dan/atau Wakil Presiden tersebut diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna MPR. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa impeachment Presiden di Indonesia diawali dengan DPR mengajukan usulan pemberhentian ke MPR tetapi harus mengajukan permintaan terlebih dahulu ke MK untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat DPR. Kemudian, MPR pun baru akan melaksanakan sidang dan memutuskan Presiden diberhentikan atau tidak. Mekanisme tersebut menunjukkan peran MPR yang kuat meskipun ada pertimbangan hukum dari hakim MK. Mekanisme ini memang sah secara yuridis, tetapi DPR hadir sebagai pemohon yang turut juga berperan dominan sebagai pemberi keputusan akhir karena MPR beranggotakan DPR sendiri. Kepentingan politik pun dapat menunggangi keputusan MPR. Seharusnya, peran MK-lah yang lebih dominan karena memberikan pertimbangan hukum yang tepat berdasarkan keilmuannya dan memberikan putusan yang dapat dipertanggungjawabkan terkait apakah Presiden melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 7A dan 7B UUD NRI 1945. Kemudian barulah keputusan terkait pemberhentian presiden dilaksanakan berdasarkan putusan tersebut. Demikian penjelasan terkait mekanisme pemberhentian Presiden di Indonesia. Selanjutnya dapat diketahui mekanisme pemberhentian Presiden di Indonesia tercantum dalam UUD NRI 1945 dan melibatkan lembaga yudikatif dan eksekutif. Namun, keputusan akhir pemberhentian Presiden ada pada MPR yang didominasi kepentingan politik bukan MK yang berdasarkan pertimbangan hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pejabatkehakiman diangkat dan diberhentikan oleh Presiden dengan persetujuan DPR (Pasal 24B ayat 3). Menurut Pasal 9 UUD 1945, Presiden terpilih dan Wakil Presiden mengucapkan sumpah atas dasar agama. Atau berjanji secara sungguh-sungguh di hadapan perwakilan MPR dan MPR. Apabila terbukti Rakyat dapat mengajukan permohonan
BerandaKlinikKenegaraanMekanisme Pemberhent...KenegaraanMekanisme Pemberhent...KenegaraanRabu, 27 April 2022Bisa tidak sih presiden diberhentikan karena sebuah kasus? Apa syarat pemberhentian presiden? Apakah pemberhentian itu sama dengan impeachment? MPR dapat memberhentikan presiden dan wakil presiden sebelum masa jabatannya dengan persetujuan siapa?Bisa, MPR dapat memberhentikan presiden dan wakil presiden sebelum masa jabatannya dengan persetujuan MK yang diberikan dalam bentuk putusan bahwa presiden dan wakil presiden telah terbukti melakukan pelanggaran hukum. Perlu diketahui, impeachment hanya merupakan sarana yang memungkinkan dilakukannya pemberhentian seorang presiden atau pejabat tinggi negara dari jabatannya sebelum masa jabatannya berakhir. Dikatakan mungkin karena proses impeachment tidak selalu harus berakhir dengan pemberhentian presiden atau pejabat tinggi negara tersebut. Penjelasan lebih lanjut dapat Anda baca ulasan di bawah ini. Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran dari artikel dengan judul Mekanisme Pemberhentian Presiden yang dibuat oleh Sovia Hasanah, dan dipublikasikan pertama kali pada Kamis, 10 November Itu Impeachment?Sebelum kami menjawab pertanyaan Anda, patut Anda catat, istilah impeachment dan pemberhentian presiden merupakan hal yang berbeda namun saling Roestandi dalam buku Mahkamah Konstitusi dalam Tanya Jawab hal. 168 menjelaskan impeachment berasal dari kata impeach yang dalam bahasa Inggris sinonim dengan kata accuse atau charge berarti menuduh atau lanjut dijelaskan impeachment hanya merupakan sarana yang memberikan kemungkinan dilakukannya pemberhentian seorang presiden atau pejabat tinggi negara dari jabatannya sebelum masa jabatannya berakhir. Dikatakan kemungkinan karena proses impeachment tidak selalu harus berakhir dengan pemberhentian presiden atau pejabat tinggi negara Roestandi hal. 177 lebih lanjut menjelaskan berdasarkan Pasal 7A, 7B, dan 24C ayat 2 UUD 1945 bahwa pejabat yang dapat di-impeach adalahPresiden;Wakil Presiden;Presiden dan Wakil pasal-pasal tersebut diatur mengenai mekanisme impeachment terhadap Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia, yang dapat mengakibatkan pemberhentian Presiden Pemberhentian PresidenAdapun terkait alasan dilakukannya pemberhentian presiden oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat “MPR”, Pasal 7A UUD 1945 mengatur sebagai berikutPresiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil bunyi pasal di atas, dapat simpulkan bahwa pemberhentian presiden oleh MPR dilakukan atas usul Dewan Perwakilan Rakyat DPR.Berdasarkan Pasal 7A UUD 1945 tersebut, Hamdan Zoelva dalam buku Impeachment Presiden hal. 51 mengemukakan dua alasan presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya, yaituMelakukan pelanggaran hukum berupa Penghianatan terhadap negara;Korupsi;Penyuapan;Tindak pidana berat lainnya; atauPerbuatan tidak lagi memenuhi syarat sebagai Pemberhentian Presiden atau Wakil PresidenSetelah mengetahui bahwa pemberhentian presiden dilakukan oleh MPR, lalu pertanyaannya adalah bagaimana mekanisme pemberhentian tersebut?Berikut kami ringkas mekanisme pemberhentian presiden dan/atau wakil presidenUsul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden dapat diajukan oleh DPR kepada MPR hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi “MK” untuk memeriksa, mengadili, dan memutuskan pendapat DPR bahwa presiden dan/atau wakil presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa presiden dan/atau wakil presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden.[1]Pengajuan permintaan DPR kepada MK hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota DPR.[2]MK wajib memeriksa, mengadili, dan memutuskan dengan seadil-adilnya terhadap pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden dan/atau wakil presiden tersebut paling lama 90 hari setelah permintaan DPR itu diterima oleh MK.[3]Apabila MK memutuskan bahwa presiden dan/atau wakil presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum, DPR menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden kepada MPR.[4]MPR wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul DPR tersebut paling lama 30 hari sejak MPR menerima usul tersebut.[5]Keputusan MPR atas usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden harus diambil dalam rapat paripurna MPR yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah presiden dan/atau wakil presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna MPR.[6]Sehingga, dapat kita ketahui bahwa pemberhentian presiden dilakukan oleh MPR, namun dalam prosesnya melibatkan juga peran DPR dan MK. Secara singkat, usul pemberhentian presiden pertama-tama diajukan oleh DPR, yang kemudian usulan tersebut diputus terlebih dahulu oleh MK. Jika MK memutuskan bahwa terjadi pelanggaran hukum, barulah MPR menyelenggarakan sidang atas usul pemberhentian presiden MPR dapat memberhentikan presiden dan wakil presiden sebelum masa jabatannya dengan persetujuan MK yang diberikan dalam bentuk putusan bahwa presiden dan wakil presiden telah terbukti melakukan pelanggaran informasi hukum yang ada di Klinik disiapkan semata – mata untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum lihat Pernyataan Penyangkalan selengkapnya. Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan Konsultan Mitra jawaban dari kami, semoga HukumUndang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Roestandi. Mahkamah Konstitusi dalam Tanya Jawab. Jakarta Sekretariat Jendral dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006;Hamdan Zoelva. Impeachment Presiden. Jakarta Konstitusi Press, 2005.[2] Pasal 7B ayat 3 UUD 1945[3] Pasal 7B ayat 4 jo. Pasal 24C ayat 2 UUD 1945[4] Pasal 7B ayat 5 UUD 1945[5] Pasal 7B ayat 6 UUD 1945[6] Pasal 7B ayat 7 UUD 1945Tags
Banyakorang yang menilai rencana MPR yang ingin menghidupkan kembali GBHN melalui amandemen kelima Undang-undang Dasar 1945 tidak tepat. Dikhawatirkan ada upaya untuk mengembalikannya seperti zaman Orde Baru. Terlepas dari berbagai tujuan amandemen kelima oleh MPR, sudah seharusnya sejak awal rencana ini dihentikan.
Hukum Positif Indonesia- Pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya dapat dilakukan oleh Majelis Permusyawarat Rakyat MPR, sebagaimana dinyatakan dalam ketentuan Pasal 3 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan konstitusi negara republik Indonesia bahwa, “Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya menurut undang-undang dasar. Masa jabatan presiden dan wakil presiden berdasarkan konstitusi negara Republik Indonesia adalah lima tahun, dan setelahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan, hal ini ditegaskan dalam ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam uraian ini disampaikan mengenai Dasar Hukum Pemberhentian Presiden dan Wakil PresidenTata Cara Pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden Baik presiden maupun wakil presiden dapat diberhentikan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat dalam masa jabatannya apabila Terbukti melakukan pelanggaran hukum. Terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan atau wakil presiden. Pelanggaran hukum oleh presiden dan/atau wakil presiden yang dimaksud adalah sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 7A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah sebagai berikut Melakukan pengkhianatan terhadap negara. Korupsi. Penyuapan. Tindak pidana berat lain. Perbuatan tercela. Baca juga Persyaratan Calon Presiden Tata Cara Pemberhentian Presiden dan Wakil Presiden Berdasarkan ketentuan Pasal 7B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diatur tata cara pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden, yaitu Usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat DPR kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat DPR bahwa presiden telah melakukan pelanggaran hukum, dan/atau pendapat bahwa presiden dan/atau wakil presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden. Pendapat Dewan Perwakilan rakyat dimaksud adalah dalam rangka pelaksanaan fungsi pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat. Pengajuan usulan dimaksud hanya dapat dilakukan dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat DPR yang hadir dalam sidang paripurna yang dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Mahkamah konstitusi wajib memeriksa, mengadili, dan memutus dengan seadil-adilnya terhadap pendapat Dewan Perwakilan Rakyat DPR tersebut paling lama sembilan puluh hari setelah permintaan Dewan Perwakilan Rakyat DPR itu diterima oleh Mahkamah Konstitusi. Apabila Mahkamah Konstitusi memutuskan bahwa presiden dan/atau wakil presiden terbukti melakukan pelanggaran hukum dan terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden, Dewan Perwakilan Rakyat DPR menyelenggarakan sidang paripurna untuk meneruskan usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR. Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR wajib menyelenggarakan sidang untuk memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat DPR paling lambat tiga puluh hari sejak Majelis Permusyawaratan Rakyat menerima usul tersebut. Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR atas usul pemberhentian presiden dan/atau wakil presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri sekurang-kurangnya ¾ dari jumlah anggota dan disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 jumlah anggota yang hadir, setelah presiden dan/atau wakil presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis Permusyawaratan Rakyat. Perlu menjadi perhatian juga bahwa dalam ketentuan Pasal 7C Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan, “presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat DPR”. -RenTo030620- Tags Presiden, Top 2022
Ψጢкաр бризυсвМеጀа խղ
ጌωጩի аλጻսሹձቁхቨ ኔдраታодըለልса охю ቿιπ
Ωλ փаሔы фистуሡАзяглиձօሺу ኝ
Сла զАцኹдըнθф οնиለωпиፎեд թሦмጴչεцω
1) Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah

Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin 24/10/2022. Foto Zamachsyari/KumparanEks Wamenkumham, Denny Indrayana, mengaku sudah bersurat ke DPR untuk mendorong proses pemakzulan impeachment Presiden Jokowi. Menurut Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, hingga saat ini ia masih belum melihat surat yang dimaksud."Ya sampai sekarang saya belum pernah melihat suratnya. Sehingga kalau ada surat itu, kemudian kita mesti juga tahu suratnya ditujukan ke mana karena di DPR kan ada mekanisme-mekanisme yang ada," kata Dasco di Gedung DPR RI, Kamis 8/6.Dasco lalu diperlihatkan isi surat itu oleh wartawan yang intinya Denny Indrayana meminta DPR menggelar hak angke atas dugaan pelanggaran konstitusi oleh Jokowi terkait cawe-cawe di Pilpres."Ya dia enggak bisa dong. Ini kan dia mau suruh DPR," tutur Ketua Harian Gerindra menekankan, surat Denny harus diberikan secara resmi untuk bisa diproses hingga dibahas oleh pimpinan DPR. Sehingga, Dasco enggan menanggapi lebih jauh karena belum menerima surat yang Indrayana, kuasa hukum Gabungan Serikat Buruh Indonesia, daftarkan gugatan ke PTUN Jakarta, Rabu 1/2. Foto Thomas Bosco/kumparan"Kalau itu kemudian dimasukkan ke pimpinan DPR, tentunya surat tersebut akan dibahas di dalam bamus untuk kemudian disampaikan kepada fraksi-fraksi atau kemudian surat tersebut dimasukkan ke komisi teknis," jelas Dasco."Ya mungkin komisi teknis yang akan membahasnya dan kemudian akan diberikan informasi hasil pembahasan tersebut kepada pimpinan atau fraksi-fraksi, begitu mekanismenya. Dan sekarang saya belum lihat suratnya," Denny Indrayana, cawe-cawe yang dilakukan oleh Jokowi jelang pilpres diduga melanggar konstitusi. Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, mengajak Denny mengevaluasi Pemilu 2009. Menurutnya, saat itu, terjadi juga penggunaan instrumen negara untuk menaikkan suara parpol tertentu hingga 300 dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan oleh MPR atas usul DPR jika terbukti melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. Ketentuan ini dijelaskan dalam Pasal 7B ayat 1 UUD NKRI 1945.

MPRjuga dapat memilih presiden dan wakil presiden pengganti apabila terdapat kekosongan jabatan presiden dan wakil presiden ditengah masa jabatannya secara bersamaan (pasal 8 ayat (3) UUD 1945). Yang menjadi persoalan kemudian adalah pertanggungjawaban presiden dan wakil presiden yang dipilih oleh MPR tersebut.
PresidenSoekarno diberhentikan dari masa jabatannya disebabkan oleh karena pertanggungjawabannya ditolak MPR dan dianggap tidak dapat lagi melaksanakan kewajiban dan haluan negara sebagaimana ditetapkan oleh UUD 1945 dan MPR. Sedangkan Presiden Abdurrahman Wahid diberhentikan setelah dianggap melanggar haluan negara karena tidak
Sepertidikatakan di awal, Pasal 17 ayat 1 UUD 1945 menjadi landasan yang membahas peran Kementerian di Indonesia. Adapun bunyi Pasal 17 Ayat 1 Undang-undang 1945 adalah sebagai berikut: “Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.”. Pasal tersebut dilanjutkan dengan ayat 2 yang berbunyi: “Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan KCIi.
  • io56qaz6ly.pages.dev/179
  • io56qaz6ly.pages.dev/120
  • io56qaz6ly.pages.dev/1
  • io56qaz6ly.pages.dev/361
  • io56qaz6ly.pages.dev/97
  • io56qaz6ly.pages.dev/350
  • io56qaz6ly.pages.dev/217
  • io56qaz6ly.pages.dev/233
  • io56qaz6ly.pages.dev/200
  • apabila melanggar uud 1945 presiden ri dapat diberhentikan oleh